Oleh Suster Komunitas Kongregasi Putri-Putri Cinta Kasih dari Darah yang Maha Mulia / Daughters of Charity of the Most Precious Blood (DCPB) .
Injil Lukas, 24:13-32
Panggilan adalah Rahmat yang diberikan oleh Tuhan kepada semua kita umat beriman.
Panggilan merupakan perjumpaan, dimana Tuhan yang lebih dulu berinisiatif untuk menjumpai setiap kita baik kami kaum terpanggil maupun semua umat Allah. Injil Lukas 24:13-32 adalah bacaan penuntun bagi saya untuk merefleksikan kisah perjalanan panggilan saya sebagai seorang religius dan saya merasakan bahwa panggilan saya sebagai seorang biarawati adalah panggilan yang sangat istimewa. Tuhan Yesus tahu segala pergumulan yang harus saya lalui dalam perjalanan panggilan ini oleh karena itu Dia berjalan beriringan, mendengarkan keluh kesah dan memberikan solusi yang terbaik itulah yang dirasakan oleh para murid dalam perjalan ke Emaus.
Keresahan para murid ke Emaus mau menunjukkan bahwa Tuhan memanggil dan memilih saya sebagai pengikut-Nya oleh sebab itu saya yakin dan percaya bahwa Dia tidak akan membiarkan saya berjalan sendirian dan kewajiban saya yaitu untuk terus berharap dan berpasrah padaNya dalam Doa dan penyerahan diri yang total.
Tuhan Yesus membuka wawasan para Murid ketika di Emaus dengan isi kitab suci tentang kebangkitan-Nya. Dia tidak sekedar berjalan bersama para Murid tetapi juga mengajarkan pengorbanan dan penyerahan diri secara total didalam berjalan bersamaNya.
Sebagai kaum terpanggil saya diingatkan selalu untuk tidak mengabaikan kitab suci dalam hal ini tidak hanya sekedar membaca tetapi meresapi dan dan melakukannya dan inti dari semuanya adalah Ekaristi.
Yesus tinggal bersama murid-muridNya dan membuka mata iman mereka dalam perjamuan bersama pada saat itu juga para murid mengenal Tuhan Yesus dan merasakan bahwa Dia sungguh ada, bangkit dan tinggal bersama mereka.
Akhirnya sebagai kaum terpanggil saya merefleksikan bahwa perjalanan seorang religius adalah perjalanan ke Emaus. Perjalanan yang penuh dengan kecemasan, perjalanan pulang ke kehidupan dan rutinitas awal diubah menjadi perjalanan yang penuh dengan makna yaitu menemukan Tuhan Yesus sang Guru.