Kamis Putih, diperingati Gereja sebagai perayaan kenangan Perjamuan Malam Terakhir, saat Kristus menginstitusikan Sakramen Ekaristi dan Sakramen Imamat. Pada malam itu, Yesus mempersembahkan Tubuh dan Darah-Nya dalam rupa roti dan anggur yang diberikan-Nya kepada para murid–Nya dan memerintahkan para murid-Nya, untuk melakukannya, “sebagai kenangan akan Daku.”
Dalam dokumen Gereja Pedoman Paskah dan Persiapannya, perayaan Kamis Putih memiliki beberapa ketentuan normatif liturgis, diantaranya adalah:
Pertama, sebelum perayaan tabernakel harus kosong sama sekali. Hosti untuk komuni umat beriman harus dikonsekrir dalam perayaan kurban ini. Jumlah hosti yang dikonsekrir harus cukup juga untuk penerimaan Komuni pada Jumat Agung.
Kedua, pada hari ini, sesuai dengan tradisi, diadakan pembasuhan kaki pada orang-orang yang sudah dipilih, maksudnya ialah untuk menunjukkan semangat pelayanan dan kasih Kristus yang datang, yakni, “tidak untuk dilayani melainkan untuk melayani.”
Ketiga, Madah Kemuliaan dinyanyikan secara meriah dengan iringan bel dan lonceng gereja. Setelah itu bel dan lonceng, dan bahan dari logam lainnya, tidak dibunyikan sampai Madah Kemuliaan Malam Paskah. Bunyi bel saat Doa Syukur Agung digantikan dengan crotalus, yang terbuat dari bahan kayu.
Keempat, setelah Doa Sesudah Komuni diadakan prosesi. Sakramen Mahakudus dibawa melalui gereja ke tempat penyimpanan; pembawa salib terdepan, diikuti pembawa lilin dan dupa, dan setelah itu imam yang membawa Sakramen Mahakudus. Pedupaan kepada Sakramen Mahakudus dilakukan sambil berlutut sebagai tanda kerendahan diri di hadapan Allah yang hadir dalam rupa Roti Ekaristi.
Kelima, Sakramen Mahakudus tidak ditempatkan di tabernakel, melainkan di bagian lain dekat gereja. Tuguran dapat dilakukan di salah satu bagian gereja namun tidak menggunakan monstrans. Setelah tuguran selesai, Sakramen Mahakudus dipindahkan ke tempat penyimpanan. Tempat penyimpanan tidak dimaksudkan untuk menunjukkan pemakaman Tuhan, melainkan untuk menyimpan Komuni Kudus untuk perayaan Jumat Agung.
Keenam, setelah pemindahan Sakramen Mahakudus di misa yang terakhir, altar dilucuti dari kain dan hiasan. Ini dilakukan sebagai tanda kemuliaan Yesus yang seakan-akan meninggalkan diri-Nya ketika para serdadu melucuti pakaian-Nya.
Itulah beberapa ketentuan liturgis yang kaya makna. Tentu masih banyak simbolisasi lain yang juga sangat bermakna dalam bagi kita. Semoga dengan merayakan misa Kamis Putih, Allah sendiri hadir menyentuh hati kita, untuk semakin mengasihi-Nya dan sesama.
NB: Pada perayaan paskah tahun 2024, semua hosti yang dikonsekrir pada misa Kamis Putih ditempatkan di Kapel St. Klemensia (dulu disebut ruang Durian) yang terletak di belakang Sekretariat Paroki / depan Pastoran.
Sumber:
1. Pedoman Paskah dan Persiapannya
2. Caeremoniale Episcoporum
@onggo.lukito Katekese Singkat tentang Kamis Putih Sumber: 1. Perayaan Paskah dan Persiapannya 2. Cæremoniale Episcoporum #kamisputih #maundythursday #holythursday #pekansuci #liturgikatolik #gerejakatolik
Leave A Comment