Kebiasaan memberi selubung kepada salib-salib dalam gereja sejak Minggu Prapaskah V, dapat dipertahankan, bila diperintahkan demikian oleh Konferensi Waligereja. Salib-salib tetap terselubung sampai akhir liturgi Jumat Agung, tetapi gambar-gambar sampai awal perayaan Malam Paskah.

Demikian kutipan dari dokumen liturgi Perayaan Paskah dan Persiapannya nomor 26.

Kewajiban memberi selubung pada salib yang masih ada di dalam gereja sebenarnya terdapat dalam rubrik misa Kamis Putih, yang dilakukan sesudah prosesi Pemindahan Sakramen Mahakudus. Namun juga terdapat tradisi untuk memberi selubung pada salib dan patung sejak Minggu Prapaskah V seperti yang dikatakan dokumen Pedoman Paskah dan Persiapannya.

Kebiasaan ini berasal dari kalender liturgi lama yang digunakan sebelum pembaruan liturgi pasca Konsili Vatikan II. Pada kalender liturgi lama itu, minggu sesudah Minggu Prapaskah IV disebut dengan Minggu Sengsara Pertama. Seminggu setelahnya adalah Minggu Sengsara Kedua atau Minggu Palma. Pada Minggu Sengsara Pertama dan Kedua, bacaan Injil menyajikan kisah sengsara Tuhan kita Yesus Kristus. Paus Paulus VI kemudian mengubah penamaan Minggu Sengsara Pertama menjadi Minggu Prapaskah V, dan Minggu Sengsara Kedua menjadi Minggu Prapaskah VI atau Minggu Palma Mengenangkan Sengsara Tuhan.

Walaupun penggunaan istilah Minggu Sengsara Pertama diganti menjadi Minggu Prapaskah V, namun kebiasaan memberi selubung pada salib, patung dan gambar kudus pada minggu itu tetap dipertahankan dengan pemaknaan yang sama, yakni untuk memusatkan pikiran umat beriman pada karya penebusan Kristus melalui sengsara dan wafatnya yang semakin dekat.

Selubung pada salib bertujuan untuk menekankan pengungkapan salib itu yang dilakukan dengan meriah pada saat Liturgi Jumat Agung. Sedangkan selubung pada patung orang kudus bertujuan untuk mengalihkan perhatian kita dari pribadi yang dimaksudkan oleh patung tersebut, kepada sengsara dan wafat Kristus di salib.

Selubung pada salib baru dibuka pada saat Liturgi Jumat Agung dengan sebuah perarakan meriah. Salib yang diarak diangkat tiga kali dengan seruan, Lihatlah kayu salib. Pada setiap perhentian imam membuka satu ikatan yang menyelubungi salib itu. Setelah tiga kali perhentian, selubung salib terbuka seluruhnya. Kemudian liturgi dilanjutkan dengan penghormatan pribadi yang dilakukan oleh umat beriman.

Setelah penghormatan pribadi oleh umat, salib ditempatkan dekat altar sampai ibadat selesai. Sementara itu, selubung pada patung orang kudus dan gambar kudus lainnya baru akan dibuka menjelang perayaan Vigili Paskah tanpa kegiatan liturgi apa pun.

Sumber:
1. Pedoman Paskah dan Persiapannya
2. Missale Romanum
3. Caeremoniale Episcoporum