Mengalun Indah, Megah Menata Nada

Sederhana namun terlihat megah, warna kayu dan bambu yang natural memberi kesan menyatu dalam kesatuan panti Imam. Meski jarang dipergunakan pada misa biasa, kehadirannya justru tak pernah absen mengiringi misa besar dengan warna suara khasnya.

Umat Paroki Robertus Bellarminus sudah tak asing dengan kehadirannya selama kurang lebih 17 tahun ini. Pengiring Pujian dalam perayaan Ekaristi ini adalah Orgel Bambu, yang merupakan salah satu benda instrumental yang ada di Paroki Robertus Bellarminus. Keunikannya adalah biasanya orgel yang dibuat menggunakan pipa logam, namun orgel ini dibuat menggunakan bambu untuk menghasilkan nada.

Pembangunan Orgel Bambu ini tak akan lepas dari sosok (Alm)Romo Antonius Soetanta, SJ (1938-2022). Mulai dibangun sekitar tahun 2004, hingga selesai dua tahun kemudian yang diperkirakan menghabiskan dana sebesar 200juta Rupiah.

Pembuatan orgel terinspirasi dari alat musik organ yang dimainkan Romo Soetanta, SJ atau yang akrab disapa oleh Umat dengan sebutan Romo Tanto. Romo Tanto pertama kali membuat orgel di Belgia pada 1988. Keberhasilan tersebut membuat Romo Tanto bersemangat untuk membuat hal serupa di Tanah Air. Terlebih lagi bambu sebagai bahan baku dasar mudah didapat. “Lebih nasional, kedua juga lebih murah,” imbuh pria kelahiran Yogyakarta tersebut.

Jumlah bambu yang diperlukan untuk membuat sebuah orgel berbeda satu sama lain tergantung karakteristik bunyi yang diinginkan. Misalnya untuk membuat orgel bambu yang terdiri dari 4,5 oktaf dengan lima belas karakteristik bunyi atau registrasi, dibutuhkan sekitar 700 pipa bambu. Sebelum dipasang untuk mendapatkan hasil yang baik, bagian dari orgel yang sudah jadi diuji coba terlebih dahulu.

 

PATER ANTONIUS SOETANTA, S.J

23 Agustus 1938 - 1 Maret 2022

Untuk memasok aliran udara yang konstan, orgel bambu ini dilengkapi oleh kompresor udara yang terhubung dalam rangkaian mekanisme yang rumit hingga aliran udara akan keluar pada pipa bambu yang menghasilkan nada yang diinginkan. Menurut beberapa organis, cukup menantang saat memainkannya untuk pertama kali, namun hal ini dapat diatasi dengan latihan yang rutin dan memahami karakteristik orgel bambu ini. 

Sebagai warisan karya dari ketekunan dan dedikasi Romo Tanto di bidang musik, menjadikan orgel bambu ini menjadi ciri khas Gereja Santo Robertus Bellarminus dan secara tidak langsung menjadikan orgel bambu ini menjadi yang terbesar pertama di Indonesia bahkan Asia Tenggara.

sumber (dikutip dengan perubahan)