Hari Raya Paskah terdiri atas dua perayaan utama, yakni Misa Vigili Paskah, yang dirayakan pada hari Sabtu malam, dan Misa Kebangkitan Tuhan, yang dirayakan pada hari Minggu Pagi dan Sore. Bila Vigili Paskah disebut sebagai ibu dari segala vigilia, maka Misa Kebangkitan Tuhan dapat disebut sebagai “pesta dari segala pesta” atau “hari raya dari segala hari raya”.

Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorak dan bersukaria karenanya.” Demikian tertulis dalam kitab Mazmur 118:24. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa Allah menciptakan dunia dalam tujuh hari. Hari ketujuh adalah hari dimana Allah beristirahat setelah enam hari penciptaan, dan hari ketujuh inilah yang dikenal dengan hari Sabat / Sabtu. Jadi tujuh hari dalam satu minggu dimulai pada hari Minggu. Dengan kata lain hari pertama, hari yang dijadikan oleh Tuhan, adalah hari Minggu.

Umat Kristen Perdana menemukan arti dari mazmur ini setelah kebangkitan Yesus pada hari sesudah hari Sabat, yakni hari Minggu. Setelah kebangkitan Yesus, ayat Mazmur ini menjadi jelas maknanya, yakni sukacita atas kebangkitan-Nya dari alam maut. Kita tahu bahwa kemudian umat Kristen Perdana senantiasa berkumpul dan merayakan Ekaristi pada hari pertama, yakni hari Minggu, dan menyebutnya sebagai Hari Tuhan. Kebiasaan ini terus dilakukan umat beriman sampai hari ini, bahkan menjadikannya kewajiban untuk merayakan Ekaristi pada hari Minggu.

Apa yang dirayakan pada hari Minggu dan setiap perayaan Ekaristi lainnya adalah pengenangan akan wafat Kristus dan kebangkitan-Nya yang mulia, sambil menantikan kedatangan-Nya kembali. Inilah yang dimaklumkan pada saat Doa Syukur Agung, tepatnya pada saat anamnesis, sesudah konsekrasi roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus.

Hari Raya Paskah sudah dihitung sebagai Hari Minggu Paskah Pertama, dan Minggu selanjutnya sebagai Minggu Paskah Kedua, dan seterusnya.

Hari Raya Paskah pada Misa Kebangkitan Tuhan tidak berbeda dengan tata perayaan misa pada umumnya. Namun terdapat beberapa unsur khas yang terdapat dalam misa tersebut atau pun menyertainya.

Pertama, berbeda dengan umumnya Bacaan Pertama misa di hari Minggu yang diambil dari Perjanjian Lama, mulai hari ini dan selama Masa Paskah, Bacaan Pertama diambil dari Kisah Para Rasul.

Kedua, dinyanyikan madah Sekuensia sebelum Bait Pengantar Injil. Madah ini merupakan pujian kepada Kristus, Sang Kurban Paskah. Madah Sekuensia dapat dinyanyikan dalam perayaan-perayaan Ekaristi sampai Minggu Paskah Kedua.

Ketiga, Lilin Paskah yang sudah diberkati saat Vigili Paskah, tetap dipasang dekat altar atau mimbar sabda selama Masa Paskah. Di luar masa Paskah, Lilin Paskah dipasang lagi pada saat Upacara Pembaptisan atau misa arwah dengan jenazah.

Keempat, tempat air suci yang dibiarkan kosong sebelumnya, mulai diisi kembali dengan air suci yang diberkati pada perayaan Vigili Paskah.

Kelima, mulai hari ini pula dan selama Masa Paskah, pada pukul 6 pagi, 12 siang dan 6 sore, umat beriman mendoakan doa Ratu Surga menggantikan Malaikat Tuhan. Doa Ratu Surga adalah pujian kepada Bunda Maria, yang turut serta dalam perjalanan sengsara dan wafat Putra-Nya, untuk kemudian bersukacita atas kebangkitan-Nya yang mulia.

Keenam, Tri Hari Suci atau Tri Hari Paskah ditutup dengan Misa Hari Raya Paskah sore hari, yang memaklumkan bacaan Injil mengenai perjumpaan dua murid yang sedang dalam perjalanan ke Emaus, dengan Yesus yang bangkit.

Itulah beberapa kekhasan masa Paskah yang dibuka dengan Hari Raya Paskah yang agung ini. Semoga kita semua bisa menjadi murid Kristus yang sejati, yang ikut wafat bersama dosa-dosa kita, untuk kemudian turut bangkit bersama Kristus dengan mulia dan menjadi manusia baru.

Catatan:

Dalam bahasa Latin, Mazmur 118:24 berbunyi: Hæc dies quam fecit Dominus, exsultemus et lætemur in ea. Terjemahan bahasa Indonesia yang terdapat dalam buku Puji Syukur nomor 520 bukanlah terjemahan literal dari teks bahasa Latin.

Sumber:
1. Missale Romanum
2. Kitab Hukum Kanonik
3. Perayaan Paskah dan Persiapannya