“Tata gerak yang paling mendasar dalam doa adalah Tanda Salib, dan akan selalu demikian.”

Kardinal Joseph Ratzinger, sebelum ia menjadi Paus Benediktus XVI.

Tanda salib adalah salah satu doa paling lazim yang sudah ada sejak awal kekristenan. Santo Paulus berbicara mengenai salib, “… aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.” (Gal 6:14). Tanda salib adalah devosi yang sangat digemari orang-orang kristiani karena tidak menuntut pengetahuan atau ketrampilan istimewa. Tidak perlu menjadi orang pintar atau kaya untuk membuat tanda salib.

Selama berabad-abad kaum beriman telah mengembangkan banyak cara membuat Tanda Salib. Di gereja-gereja Barat, di mana kita termasuk di dalamnya, umat membuat Tanda Salib pada diri dengan tangan kanan yang terbuka, menyentuhkan ujung jari pada dahi, kemudian pada dada, kemudian pada bahu kiri, dan akhirnya pada bahu kanan. Lima jari yang terbuka dapat dimaknai sebagai tanda dari lima luka Kristus.

Umat kristen di gereja Timur mempunyai cara sendiri dalam membuat tanda salib. Mereka memadukan ibu jari, telunjuk, dan jari tengah pada ujung-ujungnya, melambangkan Tritunggal Mahakudus. Kedua jari yang lain dilipat dan keduanya menempel pada telapak tangan, dan melambangkan kesatuan kodrat insani dan kodrat ilahi Yesus.

Saat memasuki gereja, kita mempunyai kebiasaan mencelupkan ujung jari pada air suci lalu membuat Tanda Salib. Kebiasaan ini mengingatkan kita akan pembaptisan yang telah kita terima. Dalam devosi pribadi dalam melakukan tanda salib, umat dapat melakukannya disertai doa dalam bahasa Latin Per signum crucis de inimicis nostris libera nos, Deus noster (Dengan Tanda Salib ini, ya Allah, bebaskanlah kami dari musuh-musuh kami).

Santo Fransiskus dari Sales mengajarkan penjelasan yang indah mengenai Tanda Salib:

Pertama-tama kita mengangkat tangan ke dahi sambil berkata, “Dalam nama Bapa,” untuk mengungkapkan bahwa Bapa adalah pribadi pertama dari Tritunggal Mahakudus; dari Dia berasal Sang Putra, dan dari Dia pula muncul Roh Kudus. Kemudian, sambil berkata “dan Putra,” tangan kita turun ke dada untuk mengungkapkan bahwa Sang Putra keluar dari Bapa, yang mengutus Dia turun ke rahim Sang Perawan. Kemudian tangan kita gerakkan ke bahu kiri lalu ke bahu kanan sambil berkata, “dan Roh Kudus,” yang mengungkapkan bahwa Roh Kudus, sebagai pribadi ketiga Tritunggal Mahakudus, berasal dari Bapa dan Putra, bahwa Ia adalah Sang Kasih yang memadukan keduanya, dan bahwa kita, berkat rahmat-Nya, ambil bagian dalam buah-buah penebusan. Oleh karena itu, Tanda Salib merupakan paparan singkat mengenai iman kita akan tiga misteri agung: iman kita akan Tritunggal Mahakudus, akan sengsara Kristus, dan akan pengampunan dosa; dengan Tanda Salib kita beralih dari alam kutuk pada sisi kiri ke alam rahmat yang ada pada sisi kanan.

Paus Benediktus XVI pernah menyampaikan dalam salah satu Amanat Angelusnya:

“Membuat Tanda Salib … berarti menyatakan ‘ya’ secara kasat mata dan publik kepada Dia yang mati dan bangkit bagi kita, kepada Allah yang dalam kerendahan dan kelemahan-Nya demi kasih adalah Sang Mahakudus, yang lebih kuat daripada segala kuasa, dan lebih unggul dari segala pengetahuan dunia.”

 

TANDA SALIB DALAM PERAYAAN EKARISTI

Dalam perayaan Ekaristi, gerakan Tanda Salib dibuat dalam beberapa kesempatan.

Pada awal perayaan Ekaristi, setelah nyanyian pembuka, imam bersama umat menandai diri dengan Tanda Salib.

Pada Liturgi Sabda, bila bacaan Injil akan dibawakan oleh seorang Diakon, ia memohon berkat kepada Imam yang memimpin perayaan, dan menandai dirinya dengan Tanda Salib. Sebelum bacaan Injil ketika memaklumkan, “Inilah Injil Suci menurut…,” Diakon atau Imam membuat tanda salib dengan ibu jari pada buku Injil dan dirinya pada dahi, mulut dan dada. Sesudah itu umat juga menandai diri dengan tanda salib menggunakan ibu jari pada dahi, mulut dan dada. Dalam perayaan meriah, setelah pemakluman Injil, seorang Uskup boleh juga memberkati umat dengan menggunakan Evangeliarium (buku Injil).

Pada Ritus Penutup, imam memberkati umat dengan tanda berkat sementara umat menandai dirinya dengan Tanda Salib. Bila yang memberikan berkat adalah seorang Uskup, ia memberikan berkat Tanda Salib sebanyak tiga kali.

Selain itu, kalau dipakai pedupaan, setiap kali imam membubuhkan dupa ke dalam pedupaan, ia memberkatinya dengan membuat tanda salib di atasnya.

SUMBER:

  1. Signs of Life, Scott Hahn, Penerbit Dioma Publishing
  2. Tata Perayaan Ekaristi, KWI
  3. Missale Romanum 

 

@onggo.lukito

Katekese tentang Tanda Salib. Sumber: 1. Signs of Life, Scott Hahn, Penerbit Dioma Publishing 2. Tata Perayaan Ekaristi, KWI 3. Missale Romanum #tandasalib #signofthecross #signumcrucis #gerejakatolik #katekeseliturgi #katekesekatolik #liturgikatolik

♬ original sound – Onggo Lukito – Onggo Lukito