Ia lahir pada 29 Nopember 1921. Kemudian ia
masuk Serikat Jesus pada 7 September 1942. Setelah
menempuh pendidikan imamat ia ditahbisan menjadi
imam pada 22 Agustus 1955. Seusai menempuh
novisiat tahun III atau sering disebut masa tersiat, ia
kemudian mengikarkan kaul terakhir pada 2 Pebruari
1960. Ia mendapatkan bebas tugas pada 10 Juli 1978.
Ia meninggal pada 4 September 1997 di Nijmegen,
Belanda. Berikut ini catatan ringkas perjalanan hidup
Romo Robertus Bakker sebagai seorang Jesuit.

TUGASTAHUNKOTATEMPAT
Belajar bahasa (frater)
1949
Jakarta
Kolese Kanisius
Tahun orientasi kerasulan
1950
Jakarta
Kolese Kanisius
Tahun orinetasi kerasulan
1951-1955
Jakarta
Pastoran Gunung Sahari
Teologi
1953-1955
Maastricht
Belanda
Teologi (pater)
1956
Maastricht
Belanda
Di luar Indonesia
1957
Belanda
Paroki
1958
Jakarta
Pastoran Gunung Sahari
Tersiat
1959
Klepu-Smg
Giri Sonta
Paroki
1960-1963
Jakarta
Pastoran Mangga Besar
Paroki
1964-1968
Jakarta
Pastoran Bidaracina
Paroki
1969-1974
Jakarta
Pastoran Cililitan
Paroki
1975-1977
Jakarta
Pastoran Katedral
Di luar Indonesia
1978
Jerman
Pindah
1979
Ke provinsi lain
Meninggal
1997
Nijmegen
Belanda

Robertus Bakker berasal dari sebuah keluarga kelas
menengah di Belanda. Ayahnya adalah seorang
bisnisman. Ia memiliki kantor akuntan yang
dikelola oleh keluarganya. Beberapa tahun setelah
ibunya meninggal, ayah Romo Bakker (Bakker Sr)
mengambil keputusan akan menjadi imam. Oleh
keputusan tersebut kemudian perusahaannya
diserahkan kepada anaknya yang lain. Bakker Sr
kemudian melamar menjadi imam. Lamaran itu
diterima. Setelah melalui masa pendidikan yang
cukup lama untuk menjadi imam, Bakker Sr
kemudian ditahbiskan menjadi imam. Tahbisan
imam Bakker Sr itu mendahului Romo Bakker
sendiri. Setelah menjadi imam, pastor Bakker Sr
sangat giat untuk mencari sumbangan-sumbangan

untuk karya misi di Afrika. Bakker Sr kemudian
mendapatkan kepercayaan untuk menjelajah
keuskupan-keuskupan di benua Afrika dan
melihat sendiri keadaan keuskupan-keuskupan di
benua Afrika yang perlu dibantu. Hasil usahanya
mengumpulkan dana sangat membantu wilayah-
wilayah keusukupan yang miskin di Afrika. Banyak
gedung gereja dan sekolah dibangun dengan
dana yang diperolehnya. Karena usahanya yang
berhasil bagi daerah misi Afrika itu, ia dijuluki
“uskup” Robertus Bakker. Sumber dana yang sama
juga menjadi tumpuan kekuatan finansial dalam
membangun Gereja Santo Robertus Bellarminus
bersama-sama sumber utama lainnya dari Keuskupan
Agung Jakarta.